Pecinan di Jakarta

Permukiman orang-orang Tionghoa di Jakarta salah satunya berada di kawasan pecinan atau yang dikenal juga dengan sebutan Petak Sembilan. Lantas sejak kapan kawasan permukiman ini muncul dan berkembang seperti yang dapat kita saksikan sekarang? 

Kawasan pecinan ini tidak dapat dipisahkan dari sejarah awal berdirinya Jakarta sebagai pusat ekonomi dan kolonial Belanda sejak jaman VOC. Waktu perusahaan dagang asal negeri kincir angin itu mengembangkan sayap ekspansinya ke Pulau Jawa di sekitar pertengahan 1600-an, ia memilih Jayakarta sebagai pos dagangnya dan bukan memilih Banten yang pada waktu itu sudah dipenuhi oleh pos-pos dagang milik negara lain seperti Inggris, Portugis, Prancis, Denmark, dan sebagainya. Pada perkembangan selanjutnya, VOC semakin menancapkan kekuasannya serta mengambil alih kontrol Jayakarta dari Banten. Sejak itu VOC terus membangun dan mengembangkan bandar Jayakarta yang berganti nama menjadi Batavia mengikut nama nenek moyang orang Belanda yakni Batavieren yang berasal dari Jerman.

Batavia selanjutnya berkembang menjadi pelabuhan dagang dan pusat administrasi VOC yang berlokasi di pantai utara Pulau Jawa. Bandar ini terus diperindah dengan kanal-kanal, bangunan pusat pemerintahan, dan tembok sekelilng kota, sehingga pada jamannya Batavia dikenal dengan sebutan "De Koningin van het Oosten", atau "Queen of the East" karena keindahan kotanya. Kota Batavia dihuni oleh para orang Eropa dan budak-budak, serta juga orang Tionghoa.

Kembali ke soal pecinan, pada tahun 1740 terjadi kerusuhan di dalam Kota Batavia yang mengakibatkan terbunuhnya banyak sekali orang Tionghoa (sejumlah sumber menyebut angka 10.000 korban orang Tionghoa). Kerusuhan ini menyebabkan seluruh orang Tionghoa terusir dari dalam kota dan sebagian mereka ditempatkan di luar tembok kota di bagian selatan agak ke barat. Di sini mereka dibolehkan tinggal dan beraktivitas dan tetap dalam pengawasan pemerintah VOC. Lokasi tersebut terus bertahan hingga saat ini dan menjadi tempat permukiman orang-orang Tionghoa atau disebut Pecinan seperti yang dapat kita saksikan sampai sekarang.

Senarai Foto Pecinan Masa Ini











Sumber Foto: Dok Pribadi 
 


Komentar

  1. VOC semacam menerima karmanya. Mereka mengusir kaum Tionghoa dari dalam kota supaya mereka (VOC) bisa tinggal lebih lama dan lebih tenang. Namun hari ini justru kaum Tionghoa yang bisa bertahan lebih lama karena tak ada lagi penghuni VOC di Jakarta: mereka hanya meninggalkan bangunan-bangunan tua. Cerita yang padat tapi tidak melelahkan Mas, keren.
    Salam kenal dari sesama anggota Kelompok Tiga, hehe.

    BalasHapus
  2. Hehehe betul. Mungkin ini berarti juga para pekerja keras dan tekun seperti yang ditunjukkan oleh etnis Tionghoa dapat bertahan di segala jaman. Berbeda dengan VOC yang mengandalkan monopoli dan kekuatan senjata. Salam kenal juga, padahal udah kenal. hehe.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kongkow Sejarah dan Budaya di Ulujami (2): “Dari Pangkalan Kebo Sampai Pangkalan Delman”